BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tujuan Pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah
meningkatkan kesadaran, kemauan dam kemampuan untuk hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal
di seluruh wilayah Indonesia.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka
kesakitan ( Morbilitas ) dan angka kematian ( mortalitas ) adalah dengan
memberikan pelayanan kesehatan yang efektif pada masyarakat tentang
perawatan tali pusat bayi, dalam melaksanakan upaya tersebut diperlukan
sumberdaya manusia yang mempunyai kemampuan untuk memberikan pelayanan
yang berkualitas yaitu dengan memberikan penyuluhan tentang kesehatan
kepada masyarakat sehingga pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat
diharapkan dapat mempengaruhi perilaku masyarakat terhadap kesehatan.
Kemampuan hidup sehat dimulai sejak bayi karena pada masa ini
terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang menentukan kualitas otak pada
masa dewasa. Supaya terciptanya bayi yang sehat maka dalam perawatan
tali pusat pada bayi baru lahir dilakukan dengan benar – benar sesuai
dengan prosedur kesehatan.
Perawatan tali pusat adalah melakukan pengobatan dan peningkatan
tali pusat yang menyebabkan pemisahan fisik ibu dengan bayi. Dan
kemudian tali pusat dirawat dalam keadaan steril, bersih dan terhindar
dari infeksi tali pusat.
Perawatan tali pusat yang baik dan benar akan menimbulkan dampak
positif yaitu tali pusat akan pupus pada hari ke – 5 dan hari ke – 7
tanpa ada komplikasi, sedangkan dampak negative dari perawatan tali
pusat yang tidak benar adalah bayi akan mengalami penyakit Tetanus
Neonaturum dan dapat mengakibatkan kematian.
Tujuan Perawatan Tali pusat adalah untuk mencegah terjadinya penyakit
tetanus pada bayi baru lahir penyakit ini disebabkan karena masuknya
spora kuman tetanus kedalam tubuh melalui tali pusat, baik dari alat
steril, pemakaian obat – obatan, bubuk atau daun – daun yang
ditaburkan ketali pusat sehingga dapat mengakibatkan infeksi.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah berhasilnya penulisan makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu
memberikan penanganan tentang perawatn dan pemotongan tali pusat pada
bayi baru lahir.
1.2.1 Tujuan Khusus
- Dapat menjelaskan pengertian tali pusat
- Dapat menyebutkan penyebab dari tali pusat
- Dapat menjabarkan patofisiologi tali pusat
- Dapat menyebutkan pencegahan infeksi tali puat
- Dapat menyebutkan penatalaksanaan tali pusat
1.3 Manfaat
Dengan adanya makalah ini, maka dapat memberikan manfaat serta
pengetahuan yang berguna bagi mahasiswa, khususnya Mahasiswa Akademi
Kebidanan dalam memahami tentang perawatan dan pemotongan tali pusat
pada bayi baru lahir.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian
Tali pusat atau Umbilical cord adalah saluran kehidupan bagi janin
selama dalam kandungan, dikatakan saluran kehidupan karena saluran
inilah yang selama 9 bulan 10 hari menyuplai zat – zat gizi dan oksigen
janin.
Tetapi begitu bayi lahir, saluran ini sudah tak diperlukan lagi sehingga harus dipotong dan diikat atau dijepit.
- Letak : Funiculus umbilicalis terbentang dari permukaan fetal plasenta sampai daerah umbilicalis fetus dan berlanjut sebagai kulit fetus pada perbatasan tersebut. Funiculus umbilicalis secara normal berinersi dibagian tengah plasenta.
- Bentuk : Funiculus umbilicalis berbentuk seperti tali yang memanjang dari tengah plasenta sampai ke umbilicalis fetus dan mempunyai sekitar 40 puntiran spiral.
- Ukuran : Pada saat aterm funiculus umbilicalis panjangnya 40 – 50 cm dan diameternya 1 – 2 cm, hal ini cukup untuk kelahiran bayi tanpa menarik plasenta keluar dari rahim ibu. Tali pusat menjadi lebih panjang jika jumlah air ketuban pada kehamilan trimester pertama dan kedua relative banyak. Jika oligohidromnion dan janin kurang gerak ( pada kelainan motorik janin ), maka umumnya tali pusat lebih pendek. Kerugian tali pusat terlalu panjang adalah dapat terjadi lilitan disekitar leher atau tubuh janin atau menjadi ikatan yang dapat menyebabkan oklusi pembuluh darah khususnya pada saat persalinan.
- Struktur tali pusat
- Amnion : Menutupi funiculus umbilicalis dan merupakan lanjutan amnion yang menutupi permukaan fetal plasenta. Pada ujung fetal amnion melanjutkan diri dengan kulit yang menutupi abdomen. Baik kulit maupun membran amnion berasal dari ectoderm.
- Tiga pembuluh darah : Setelah struktur lengkung usus, yolk sack dan
duktus vitellinus menghilang, tali pusat akhirnya hanya mengandung
pembuluh darah umbilikal yang menghubungkan sirkulasi janin dengan
plasenta. Ketiga pembuluh darah itu saling berpilin di dalam funiculus
umbilicalis dan melanjutkan sebagai pembuluh darah kecil pada vili
korion plasenta. Kekuatan aliran darah (kurang lebih 400 ml/ menit)
dalam tali pusat membantu mempertahankan tali pusat dalam posisi relatif
lurus dan mencegah terbelitnya tali pusat tersebut ketika janin
bergerak-gerak. Ketiga pembuluh darah tersebut yaitu :
- Satu vena umbilicalis membawa oksigen dan memberi nutrien ke sistem peredaran darah fetus dari darah maternal yang terletak di dalam spatium choriodeciduale.
- Dua arteri umbilicalis mengembalikan produk sisa (limbah) dari fetus ke plasenta dimana produk sisa tersebut diasimilasi ke dalam peredaran darah maternal untuk di ekskresikan.
- Jeli Wharton : Merupakan zat yang berkonsistensi lengket yang mengelilingi pembuluh darah pada funiculus umbilicalis. Jeli Warthon merupakan subtansi seperti jeli, juga berasal dari mesoderm seperti halnya pembuluh darah. Jeli ini melindungi pembuluh darah tersebut terhadap kompresi, sehingga pemberian makanan yang kontinyu untuk janin dapat di jamin. Selain itu juga dapat membantu mencegah penekukan tali pusat. Jeli warthon ini akan mengembang jika terkena udara. Jeli Warthon ini kadang-kadang terkumpul sebagai gempalan kecil dan membentuk simpul palsu di dalam funiculus umbilicalis. Jumlah jeli inilah yang menyebabkan funiculus umbilicalis menjadi tebal atau tipis.
- Fungsi Tali pusat :
- Sebagai saluran yang menghubungkan antara plasenta dan bagian tubuh janin sehingga janin mendapat asupan oksigen, makanan dan antibodi dari ibu yang sebelumnya diterima terlebih dahulu oleh plasenta melalui vena umbilicalis.
- Saluran pertukaran bahan-bahan kumuh seperti urea dan gas karbon dioksida yang akan meresap keluar melalui arteri umbilicalis.
- Sirkulasi Tali pusat
- Fetus yang sedang membesar di dalam uterus ibu mempunyai dua keperluan yang sangat penting dan harus dipenuhi, yaitu bekalan oksigen dan nutrien serta penyingkiran bahan kumuh yang dihasilkan oleh sel-selnya. Jika keperluan ini tidak dapat dipenuhi, fetus akan menghadapi masalah dan mungkin maut. Struktur yang bertanggung jawab untuk memenuhi keperluan fetus ialah plasenta. Plasenta yang terdiri daripada tisu fetus dan tisu ibu terbentuk dengan lengkapnya pada ujung minggu yang ke-16 kehamilan.
Gambar 1.1 Letak janin dalam kandungan ibu
Pada plasenta banyak terdapat unjuran seperti “Jari” atau vilus
tumbuh dari membran yang menyelimuti fetus dan menembusi dinding uterus,
yaitu endometrium. Endometrium pada uterus adalah kaya dengan aliran
darah ibu. Di dalarn vilus terdapat jaringan kapilari darah fetus. Darah
yang kaya dengan oksigen dan nutrien ini dibawa melalui vena
umbilicalis yang terdapat di dalam tali pusat ke fetus. Sebaliknya,
darah yang sampai ke vilus dari fetus melalui arteri umbilicalis dalam
tali pusat mengandungi bahan kumuh seperti karbon dioksida dan urea.
Bahan kumuh ini akan meresap merentas membran dan memasuki darah ibu
yang terdapat di sekeliling vilus. Pertukaran oksigen, nutrien, dan
bahan kumuh lazimnya berlaku melalui proses resapan. Dengan cara ini,
keperluan bayi dapat dipenuhi.
Walaupun darah ibu dan darah fetus dalam vilus adalah begitu rapat,
tetapi kedua-dua darah tidak bercampur kerana dipisahkan oleh suatu
membran. Oksigen, air, glukosa, asid amino, lipid, garam mineral,
vitamin, hormon, dan antibodi dari darah ibu perlu menembus membran ini
dan memasuki kapilari darah fetus yang terdapat dalam vilus. Selain
oksigen dan nutrien, antibodi dari darah ibu juga meresap ke dalarn
darah fetus melalui plasenta. Antibodi ini melindungi fetus dan bayi
yang dilahirkan daripada jangkitan penyakit.
Gambar 1.2 Sirkulasi pada tali pusat pada janin
- Kelainan Letak Tali Pusat
Tali pusat secara normal berinersi di bagian sentral kedalam
permukaan fetal plasenta. Namun, ada beberapa yang memiliki kelainan
letak seperti:
- Insersi tali pusat Battledore @ pada kasus ini tali pusat terhubung kepaling pinggir plasenta seperti bet tenis meja. Kondisi ini tidak bermasalah kecuali sambungannya rapuh.
- Insersi tali pusat Velamentous @ tali pusat berinsersi kedalam membran agak jauh dari pinggir plasenta. Pembuluh darah umbilikus melewati membran mulai dari tali pusat ke plasenta. Bila letak plasenta normal, tidak berbahaya untuk janin, tetapi tali pusat dapat terputus bila dilakukan tarikan pada penanganan aktif di kala tiga persalinan.
2.2 Etiologi
- Lama waktu Terlepasnya Tali Pusat
Tali pusat orok berwarna kebiru-biruan dan panjang sekitar 2,5 – 5 cm
segera setelah dipotong. Penjepit tali pusat digunakan untuk
menghentikan perdarahan. Penjepit tali pusat ini dibuang ketika tali
pusat sudah kering, biasanya sebelum ke luar dari rumah sakit atau dalam
waktu dua puluh empat jam hingga empat puluh delapan jam setelah lahir.
Sisa tali pusat yang masih menempel di perut bayi (umbilical stump),
akan mengering dan biasanya akan terlepas sendiri dalam waktu 1-3
minggu, meskipun ada juga yang baru lepas setelah 4 minggu.
Tali pusat sebaiknya dibiarkan lepas dengan sendirinya. Jangan
memegang-megang atau bahkan menariknya. Bila tali pusat belum juga puput
setelah 4 minggu, atau adanya tanda-tanda infeksi, seperti; pangkal
tali pusat dan daerah sekitarnya berwarna merah, keluar cairan yang
berbau, ada darah yang keluar terus- menerus, bayi demam tanpa sebab
yang jelas maka kondisi tersebut menandakan munculnya penyulit
pada neonatus yang disebabkan oleh tali pusat.
- Lilitan Tali pusat pada janin
Adanya lilitan tali pusat di leher dalam kehamilan menurutnya, pada
umumnya tidak menimbulkan masalah. Namun dalam proses persalinan dimana
mulai timbul kontraksi rahim dan kepala janin mulai turun dan memasuki
rongga panggul, maka lilitan tali pusat menjadi semakin erat dan
menyebabkan penekanan atau kompresi pada pembuluh-pembuluh darah tali
pusat. Akibatnya, suplai darah yang mengandung oksigen dan zat makanan
ke janin akan berkurang, yang mengakibatkan janin menjadi sesak atau
hipoksia. Kemungkinan sebab lilitan tali pusat pada janin :
- Usia kehamilan ® Kematian bayi pada trimester pertama atau kedua sering disebabkan karena puntiran tali pusat secara berulang-ulang ke satu arah. Ini mengakibatkan arus darah dari ibu ke janin melalui tali pusat tersumbat total. Karena dalam usia kehamilan tersebut umumnya bayi masih bergerak dengan bebas. Hal tersebut menyebabkan kompresi tali pusat sehingga janin mengalami kekurangan oksigen.
- Polihidramnion kemungkinan bayi terlilit tali pusat semakin meningkat.
- Panjangnya tali pusat ® dapat menyebabkan bayi terlilit. Panjang tali pusat bayi rata-rata 50 sampai 60 cm. Namun, tiap bayi mempunyai panjang tali pusat berbeda-beda. Panjang pendeknya tali pusat tidak berpengaruh terhadap kesehatan bayi, selama sirkulasi darah dari ibu ke janin melalui tali pusat tidak terhambat.
- Tanda-Tanda Bayi Terlilit Tali Pusat :
Beberapa hal yang menandai bayi terlilit tali pusat, yaitu:
- Pada bayi dengan usia kehamilan lebih dari 34 minggu, namun bagian terendah janin (kepala atau bokong) belum memasuki pintu atas panggul perlu dicurigai adanya lilitan tali pusat.
- Pada janin letak sungsang atau lintang yang menetap meskipun telah dilakukan usaha untuk memutar janin (Versi luar/knee chest position) perlu dicurigai pula adanya lilitan tali pusat.
- Dalam kehamilan dengan pemeriksaan USG khususnya color doppler dan USG 3 dimensi dapat dipastikan adanya lilitan tali pusat.
- Dalam proses persalinan pada bayi dengan lilitan tali pusat yang erat, umumnya dapat dijumpai dengan tanda penurunan detak jantung janin di bawah normal, terutama pada saat kontraksi rahim.
- Infeksi Tali Pusat ( Tetanus Neonatorum )
Pengertian
Adalah penyakit yang diderita oleh bayi baru lahir (neonatus). Tetanus neonatorum penyebab kejang yang sering dijumpai pada BBL yang bukan karena trauma kelahiran atau asfiksia, tetapi disebabkan infeksi selama masa neonatal, yang antara lain terjadi akibat pemotongan tali pusat atau perawatan tidak aseptic (Ilmu Kesehatan Anak, 1985)
Penyebabnya adalah hasil klostrodium tetani (Kapitaselekta, 2000) bersifat anaerob, berbentuk spora selama diluar tubuh manusia dan dapat mengeluarkan toksin yang dapat mengahancurkan sel darah merah, merusak lekosit dan merupakan tetanospasmin yaitu toksin yang bersifat neurotropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan spasme otot. (Ilmu KesehatanAnak,1985)
Penyebab tetanus neonatorum adalah clostridium tetani yang merupakan kuman gram positif, anaerob, bentuk batang dan ramping. Kuman tersebut terdapat ditanah, saluran pencernaan manusia dan hewan. Kuman clostridium tetani membuat spora yang tahan lama dan menghasilkan 2 toksin utama yaitu tetanospasmin dan tetanolysin.
Adalah penyakit yang diderita oleh bayi baru lahir (neonatus). Tetanus neonatorum penyebab kejang yang sering dijumpai pada BBL yang bukan karena trauma kelahiran atau asfiksia, tetapi disebabkan infeksi selama masa neonatal, yang antara lain terjadi akibat pemotongan tali pusat atau perawatan tidak aseptic (Ilmu Kesehatan Anak, 1985)
Penyebabnya adalah hasil klostrodium tetani (Kapitaselekta, 2000) bersifat anaerob, berbentuk spora selama diluar tubuh manusia dan dapat mengeluarkan toksin yang dapat mengahancurkan sel darah merah, merusak lekosit dan merupakan tetanospasmin yaitu toksin yang bersifat neurotropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan spasme otot. (Ilmu KesehatanAnak,1985)
Penyebab tetanus neonatorum adalah clostridium tetani yang merupakan kuman gram positif, anaerob, bentuk batang dan ramping. Kuman tersebut terdapat ditanah, saluran pencernaan manusia dan hewan. Kuman clostridium tetani membuat spora yang tahan lama dan menghasilkan 2 toksin utama yaitu tetanospasmin dan tetanolysin.
2.3 Patofisiologi
Proses Pembentukan Tali Pusat Pada Janin
Mesoderm connecting stalk yang juga memiliki kemampuan angiogenik,
kemudian akan berkembang menjadi pembuluh darah dan connecting stalk
tersebut akan menjadi tali pusat. Pada tahap awal perkembangan, rongga
perut masih terlalu kecil untuk usus yang berkembang, sehingga sebagian
usus terdesak ke dalam rongga selom ekstraembrional pada tali pusat.
Pada sekitar akhir bulan ketiga, penonjolan lengkung usus (intestional
loop) ini masuk kembali ke dalam rongga abdomen janin yang telah
membesar.Kandung kuning telur (yolk-sac) dan tangkai kandung kuning
telur (ductus vitellinus) yang terletak dalam rongga korion, yang juga
tercakup dalam connecting stalk, juga tertutup bersamaan dengan proses
semakin bersatunya amnion dengan korion.
2.4 Penatalaksanaan
- Persiapan Alat yang Diperlukan
- Teknik Memotong Tali Pusat
-
- Arteri klem 2 buah
- Gunting Steril 1 buah
- Sarung Tangan Steril 1 pasang
- Benang steril pengikat pusat 1 helai
- Selimut Kering dan bersih 1 buah
- Perlak pengalas 1 buah
Dengan menggunakan klem DTT, lakukan penjepitan tali pusat dengan
klem pada sekitar 3 cm dari dinding perut (pangkal pusat) bayi. Dari
titik jepitan, tekan tali pusat dengan dua jari kemudian dorong isi tali
pusat ke arah ibu (agar darah tidak terpancar pada saat dilakukan
pemotongan tali pusat). Lakukan penjepitan kedua dengan jarak 2 cm dari
tempat jepitan pertama pada sisi atau mengarah ke ibu. Pegang tali pusat
di antara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi landasan tali pusat
sambil melindungi bayi, tangan yang lain memotong tali pusat di antara
kedua klem tersebut dengan menggunakan gunting disinfeksi tingkat tinggi
atau steril (Gambar 3). Setelah selesai digunting segera ikat tali
pusat bayi dengan benang pusat, ikatan harus kecang dengan simpul
mati.Setelah memotong tali pusat, ganti handuk basah dan selimuti bayi
dengan selimut atau kain yang bersih dan kering. Pastikan bahwa kepala
bayi terselimuti dengan baik. (Sumber: Martin, 1996)
- Perawatan Tali Pusat
Perawatan adalah proses perbuatan, cara merawat, pemeliharaan,
penyelenggaraan (Kamisa, 1997). Perawatan tali pusat tersebut sebenarnya
juga sederhana. Hal yang paling terpenting dalam membersihkan tali
pusat adalah :
- Pastikan tali pusat dan area sekelilingnya selalu bersih dan kering.
- Selalu cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun sebelum membersihkan tali pusat.
- Selama belum tali pusatnya puput, sebaiknya bayi tidak dimandikan dengan cara dicelupkan ke dalam air. Cukup dilap saja dengan air hangat. Alasannya, untuk menjaga tali pusat tetap kering. Bagian yang harus selalu dibersihkan adalah pangkal tali pusat, bukan atasnya. Untuk membersihkan pangkal ini, Anda harus sedikit mengangkat (bukan menarik) tali pusat. Tali pusat harus dibersihkan sedikitnya dua kali dalam sehari.
- Tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan apapun, karena akan membuatnya menjadi lembab. Selain memperlambat puputnya tali pusat, juga menimbulkan resiko infeksi. Kalaupun terpaksa ditutup tutup atau ikat dengan longgar pada bagian atas tali pusat dengan kain kasa steril. Pastikan bagian pangkal tali pusat dapat terkena udara dengan leluasa.
2.5 Pencegahan
Pencegahan agar tali pusat tidak infeksi yaitu dengan cara pemberian
toxoid tetanus kepada ibu hamil 3 x berturut – turut pada trimester ke –
3 dikatakan sangat bermanfaat untuk mencegah tetanus neonatorum.
Pemotongan tali pusat harus menggunakan alat yang steril dan perawatan
tali pusat selanjutnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tali pusat atau Umbilical cord adalah saluran kehidupan bagi janin
selama dalam kandungan, dikatakan saluran kehidupan karena saluran
inilah yang selama 9 bulan 10 hari menyuplai zat – zat gizi dan oksigen
janin.
Perawatan adalah proses perbuatan, cara merawat, pemeliharaan,
penyelenggaraan (Kamisa, 1997). Perawatan tali pusat tersebut sebenarnya
juga sederhana. Hal yang paling terpenting dalam membersihkan tali
pusat adalah :
- Pastikan tali pusat dan area sekelilingnya selalu bersih dan kering.
- Selalu cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun sebelum membersihkan tali pusat.
- Selama belum tali pusatnya puput, sebaiknya bayi tidak dimandikan dengan cara dicelupkan ke dalam air. Cukup dilap saja dengan air hangat. Alasannya, untuk menjaga tali pusat tetap kering. Bagian yang harus selalu dibersihkan adalah pangkal tali pusat, bukan atasnya. Untuk membersihkan pangkal ini, Anda harus sedikit mengangkat (bukan menarik) tali pusat. Tali pusat harus dibersihkan sedikitnya dua kali dalam sehari.
- Tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan apapun, karena akan membuatnya menjadi lembab. Selain memperlambat puputnya tali pusat, juga menimbulkan resiko infeksi. Kalaupun terpaksa ditutup tutup atau ikat dengan longgar pada bagian atas tali pusat dengan kain kasa steril. Pastikan bagian pangkal tali pusat dapat terkena udara dengan leluasa.
3.2 Saran
1. Bagi para pembaca makalah ini, apabila memiliki minat untuk
menulis/meneliti tentang penelitian ini, penulis harapkan dapat meneliti
lebih dalam lagi mengenai penelitian ( dalam penulisan isi makalah)
2. Penulis harapkan makalah ini merupakan rintisan bagi penulisan makalah ( penelitian lain yang lebih lanjut/dalam )
3. Apabila terdapat kekurangan dalam makalah ini, penulis harapkan
agar pembaca mencari solusi dari kekurangan makalah ini dengan menambah
referensi bacaan dari yang lain.
No comments:
Post a Comment