A. PENGANTAR TEORI KEBIDANAN
Teori adalah seperangkat konsep atau pernyataan yang dapat secara jelas menguraikan fenomena penting dalam sebuah disiplin ilmu.
Kebidanan merupakan ilmu yang terbentuk dari sintesa berbagai disiplin ilmu (multi disiplin) yang terkait dengan pelayanan kebidanan meliputi ilmu kedokteran, keperawatan, sosial, perilaku, budaya, kesehatan masyarakat, menagemen untuk dapat memberikan pelayanan kebidanan pada ibu dalam masa pra konsepsi, hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir yang meliputi pendeteksian keadaan abnormal pada ibu dan anak, melaksanakan konseling dan mendirikan kesehatan terhadap ibu, keluarga dan masyarakat. (50 Tahun IBI 2001).
Kebidanan adalah seni dan praktek yang mengkombinasikan ilmu, filosofi dan pendekatan pada manusia sebagai syarat atau ketepatan dalam pemeliharaan kesehatan wanita dan proses reproduksinya yang normal, termasuk kelahiran bayi dengan mengikutsertakan keluarga dan orang yang berarti bagi dirinya. (Lang, 1979).
Jadi Teori Kebidanan merupakan seperangkat konsep yang dapat menguraikan secara jelas tentang disiplin ilmu kebidanan.
B. PENGANTAR TEORI DALAM PRAKTEK KEBIDANAN
Pengantar
teori dalam praktek kebidanan dituangkan dalam standar pelayanan
kebidanan yang berguna dalam penerapan norma dan tingkat kinerja yang
diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Penerapan standar pelayanan akan melindungi masyarakat karena penilaian terhadap proses dan hasil pelayanan dapat dilakukan dengan jelas.
Dengan
adanya standar pelayanan dapat dibandingkan dengan pelayanan yang
diperoleh masyarakat akan memberikan kepercayaan yang lebih mantap
terhadap pelaksana pelayanan.
Suatu
standar akan efektif bila dapat diobservasi, diakui, realistic, mudah
dilakukan dan dibutuhkan. Bila setiap ibu diharapkan mempunyai akses
terhadap pelayanan kebidanan maka diperlukan standar pelayanan kebidanan
untuk peningkatan kualitas pelayanan kebidanan. Suatu pelayanan disebut
berkualitas bila tingkat pelayanan tersebut seorang memenuhi standar
yang telah ditetapkan. Dengan demikian standar penting untuk
pelaksanaan, pemeliharaan dan penilaian kualitas pelayanan.
Masalah
yang ditemukan dalam penyusunan standar pelayanan kebidanan adalah
bahwa diantara apa. yang telah biasa dilakukan dalam praktek kebidanan
sebenamya merupakan tindakan ritualistic yang tidak diriasarkan pada
pengalaman praktek yang terbaik.
Dalam
standar praktek kebidanan tindakan yang bersifat ritualistic seperti
melakukan episiotomi secara rutin dan memandikan bayi setelah lahir
sudah tidak dianjurkan lagi. Perubahan standar pelayanan seperti ini
diriasarkan pada pengalaman yang terbaik dari para praktisi di seluruh
dunia.
Standar
praktek kebidanan dapat pula digunakan untuk menentukan kompetensi yang
diperlukan bidan dalam menjalani praktek sehari-hari. Standar ini juga
dapat digunakan sebagai standar untuk menilai pelayanan, menyusun
rencana pelatihan dan mengembangkan kurikulum pendidikan. Juga dapat
untuk membantu dalam menentukan kebutuhan operasional dalam
penerapannya, misalnya kebutuhan akan pengorganisasian, mekanisme
peralatan dan obat yang diperpukan.
Ketika
audit terhadap pelayanan kebidanan dilakukan, maka berbagai kekurangan
yang berkaitan dengan hal-hal tersebut akan ditentukan sehingga dapat
dilakukan perbaikan yang lebih spesifik.
C. MODEL DAN TEORI DALAM PRAKTEK KEBIDANAN
Model
adalah suatu contoh, peraga untuk menggambarkan sesuatu. Tujuan model
adalah membuat kerangka pengertian dalam memberikan pelayanan.
Konsep
adalah penopang sebuah teori yang menjelaskan tentang suatu teori yang
menjelaskan tentang suatu teori yang dapat dites dalam suatu observasi
atau penelitian. Konseptual model adalah gambaran abstrak dari suatu ide
yang menjadi dasar suatu disiplin.
Model asuhan kebidanan yaitu kehamilan dan persalinan merupakan suatu proses kehidupan yang normal.
Dalam asuhan kebidahan termasuk:
1. Memonitor kesejahteraan ibu baik fisik, psikologis maupun sosial dalam siklus kehamilan dan persalinan.
2. Mempersiapkan
ibu dengan memberikan pendidikan, konseling, asuhan prenatal, dalam
proses persalinan dan bantuan masa post partum.
3. Intervensi teknologi seminimal mungkin.
4. Mengidentifikasi dan memberikan bantuan obstetric yang dibutuhkan.
5. Ruang lingkup praktek kebidanan
v Menolong persalinan
v Konseling
v Penyuluhan
v Asuhan pada saat hamil, melahirkan; nifas dan BBL
v Deteksi dini penyakit
v Pengobatan terbatas ginekologi
v Pertolongan gawat darurat
v Pengawasan tumbuh kembang
v Supervisi
Praktek
kebidanan, managemen kesehatan wanita secara mandiri berfokus pada
kehamilan, persalinan , nifas, asuhan BBL, KB dan kesehatan reproduksi
wanita.
D. TEORI RAMONA T. MERCER
Mercer
banyak memfokuskan teorinya pada pengembangan teori dengan menerapkan
hasil penelitian dalam asuhan ibu. Dalam teorinya Mercer lebih
menekankan pada stress antepartum dalam pencapaian peran ibu. Penilaian
orang; teori ini lebih ke arah praktek, ia memperlihatkan wanita saat
melahirkan, wanita pada awaf post partum, lebih mendekatkan diri pada
bayi daripada melakukan tugasnya sebagai ibu. Teori Mercer banyak
digunakan dalam keperawatan dalam bentuk Text Book Obstetri.
Pokok bahasan salam teori ini adalah :
- Efek stress antepartum
- Pencapaian peran ibu Efek Stress Antepartum
Tujuan : memberikan dukungan selama hamil untuk mengurangi lemahnya lingkungan serta dukungan sosial serta kurangnya kepercayaan diri.
Dalam penelitiannya ia menemukan 6 faktor yang mempunyai hubungan dengan status kesehatan :
- Hubungan interpersonal
- Peran keluarga
- Stress antepartum; komplikasi dari resiko kehamilan dan pengalaman negatif dalam hidup.
- Dukungan sosial.
- Rasa percaya diri.
- Penguasaan rasa takut, depresi dan keraguan.
Mercer
memberikan 3 model yang saling berhubungan antara peran individu, peran
timbal baik dan peran keluarga terhadap status kesehatan.
Famili sistem yang dinamik termasuk sub sistem individu dan pasangan.
Penting memperhatikan subsistem dan hubungan timbal baik antara ibu-bapak, ibu janin, ibu-orang lain.
Peran
ibu (matemal role) menjadi seorang ibu berarti memperoleh identitas
baru yang membutuhkan pemikiran dan penguraian yang lengkap tentang diri
sendiri.
Satu-dua
juta ibu di amerika yang gagal memerankan peran ibu terbukti dengan
tingginya jumlah anak yang mendapat perlakukan kejam (Mercer, 1981).
Menurutnya
menjadi seorang ibu tidak hanya pribadi wanita yang menjadi ibu, tetapi
ia juga melihat kesulitan-kesulitan yang dihadapi ibu dalam
melaksanakan peran ibu. Peran dan partisipasi suami sangat penting untuk
menyakinkan dan memberikan penghargaan terhadap peran baru ini.
Pencapaian
peran ibu dalam kurun waktu tertentu dimana ibu menjadi dekat dengan
bayinya yang membutuhkan pendekatan yang berkompeten termasuk peran
dalam mengekspresikan kepuasan dan penghargaan peran. Peran aktif ibu
dan pasangannya berinteraksi satu dengan yang lain.
Menurut
Mercer, stress yang disebabkan oleh adanya resiko kehamilan akan
mempengaruhi penilaian diri terhadap status kesehatan. Penghargaan diri,
status kesehatan dan dukungan sosial mempunyai efek langsung yang
positif terhadap penguasaan. Dan mempunyai efek negatif terhadap
ketakutan dan depresi yang mempunyai efek negatif yang langsung terhadap
fungsi keluarga.
Hasil
penelitian wanita dengan kehamilan resiko tinggi mengalami fungsi
keluarga yang kurang optimal daripada wanita dengan kehamilan resiko
rendah.
Ekspresi peran banyak dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu. Mercer menguraikan 4 langkah dalam pencapaian peran ibu:
- Anticipatory
adalah
suatu masa sebelum menjadi ibu, memulai penyesuaian sosial dan
psikologi terhadap peran barunya nanti dengan mempelajari apa saja yang
dibutuhkan untuk menjadi seorang ibu.
- Fonnal
Dimulai
dengan peran sesungguhnya seorang ibu. Pada masa ini bimbingan peran
secara formal dan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh sistem sosial
dari wanita.
- Informal
Dimulai pada saat wanita telah seorang menemukan jalan yang unik dalam melaksanakan perannya sebagai ibu lahir telah seorang menentukan caranya sendiri dalam melaksanakan peran bainya ini.
- Personal
Dimulai pada saat wanita telah sepenuhnya seorang melaksanakan perannya sebagai ibu.
Bila
Rubin menyatakan bahwa pencapaian peran ibu ini dimulai sejak mulai
hamil sampai 6 bulan setelah melahirkan. Mercer melihat bahwa peran
aktif seorang wanita dalam pencapaian peran ini umumnya
dimulai setelah bayi lahir yaitu pada 3 bulan sampai 7 bulan post
partum. Mercer menemukan 11 faktor yang mempengaruhi wanita dalam
pencapaian peran ibu yaitu:
a. Factor ibu
v Umur ibu pada waktu melahirkan.
v Persepsi ibu pada waktu melahirkan anak pertama kali.
v Memisahkan ibu dan anak secepatnya.
v Stress sosial
v Dukungan sosial
v Konsep diri
v Sifat pribadi
v Sikap terhadap membesarkan anak
v Status kesehatan ibu.
b. Factor bayi
v Temperamen
v Kesehatan bayi
c. Factor-Faktor Lain
v Latar Belakang Etnik
v Status Perkawinan
v Status Ekonomi
Suatu haf yang sangat menarik yang dikemukakan
oleh Mercer adalah penekanannya pada pengaruh bayi (infant personality)
pada waktu ibu melaksanakan perannya sebagai ibu. .
Dengan mengambil factor sosial suppprt, Mercer mengidentifikasi 4 faktor pendukung yaitu :
- Emosional Support
Adalah perasaan mencintai, penuh perhatian, percaya diri dan mengerti.
- Informational Support
Yaitu membantu individu untuk menolong dirinya sendiri dengan memberikan informasi yang berguna dan berhubungan dengan masalah situasi.
- Physical Support
Adalah pertolongan yang langsung seperti membantu merawat bayi dan memberikan dukungan dana.
- Appraisal Support
Merupakan
informasi yang menjelaskan tentang peran pelaksanaan, bagaimana ia
menampilkan dalam peran. Hal ini memungkinkan individu seorang
mengevaluasi dirinya sendiri yang berhubungan dengan penampilan orang
lain.
Menurutnya
factor-faktor yang mempengaruhi pencapaian peran fungsi ibu adalah :
umur, tingkat pendidikan, ras, status perkawinan, status ekonomi dan
konsep diri.
Mercer menguraikan 4 faktor dalam masa adaptasi yaitu :
1. Physical Recovery Phase (Lahir-1 Bulan)
Merupakan
adaptasi terhadap fungsi tubuh. Selain pemulihan sendiri juga termasuk
di dalamnya perkembangan bayi. Secara psikologis ibu khawatir terhadap
resiko menjadi seorang ibu. Masa pemulihan sangat penting karena bila
fungsi tubuh tidak kembali seperti semula akan menimbulkan keluhan
psikologis dan sosiologis yang berkepanjangan bagi ibu.
2. Achievement Phase (Z- 4/5 Bulan)
3. Disruption phase (6-8 bulan)
4. Reorganisation Phase (8 -12 Bulan)
Bidan yang diharapkan mercer dalam teorinya membantu wanita dalam melaksanakan tugasnya yang
berhubungan dengan adaptasi peran ibu dan mengidentifikasi factor apa
yang mempengaruhi peran ibu dalam pencapaian peran ibu dalam pencapaian
peran, fungsi dan kontribusi dari stress antepartum.
E. TEORI REVA RUBIN
Penekanan
Rubin dalam teori maupun penelitian yang dilakukannya adalah pencapaian
peran ibu. Whurut Rubin untuk mencapai peran tersebut seorang wanita
membutuhkan proses belajar melalui serangkaian aktifitas berupa
tafihan-latihan. dalam proses ini wanita diharapkan seorang
mengidentifikasi bagaimana seorang wanita mampu mengambil peran seorang
ibu. Walaupun proses ini mungkin dapat mengakibatkan efek yang negatif
misalnya dalam intervensi atau tindakan, namun teori ini sangat berarti
bagi seorang wanita terutama calon ibu untuk mempelajari peran yang akan
dialaminya kelak sehingga ia seorang beradaptasi dengan perubahan yang
akan dihadapinya, khususnya perubaan psikososial dalam kehamilan dan
setelah melahirkan.
Rubin mengatakan sejak hamil seorang wanita sudah mempunyai harapan sebagai berikut:
a. Kesejahteraan ibu dan bayi
b. Penerimaan masyarakat
v Penentuan identitas diri
v Mengerti tentang arti memberi dan menerima.
Perubahan yang umumnya terjadi pada wanita pada waktu hamil :
1. Cenderung
lebih tergantung dan membutuhkan perhatian yang lebih untuk dapat
berperan sebagai calon ibu dan seorang memperhatikan perkembangan
janinnya.
2. Membutuhkan sosialisasi.
Tahapan psikososial (psikososial stage):
1. Anticipatory Stage
Pada tahap ini ibu-ibu. melakukan latihan peran dan memerlukan interaksi dengan anak yang lain.
2. Honeymoon Stage
Ibu mulai memahami sepenuhnya peran dasarnya. Pada tahap ini ibu memerlukan bantuan anggota keluarga lain.
3. Plateu Stage
Pada
tahap ini ibu akan mencoba dengan sepenuhnya apakah ia telah seorang
menjadi ibu. Tahap ini membutukan waktu beberapa minggu dan ibu akan
melanjutkan sendiri.
4. Disengagement
Tahap ini merupakan tahap penyelesaian dimana latihan peran dihentikan. Pada tahap ini berperan sebagai orang tua belum jelas.
Reaksi yang umum pada kehamilan:
1. Trimester I : Ambivalen, takut; fantasi, khawatir.
2. Trimester II : Perasaan lebih enak, meningkatnya kebutuhan untuk
mempelajari tentang perkembangan dan pertumbuhan janin, menjadi
narsistik, pasif, introvert, kadang kelihatan egosentrik dan self
centered.
3. Trimester III : Berperasaan aneh, sembrono / jelek, menjadi lebih introvert, merealisasikan terhadap pengalaman masa kecil.
ARTI DAN EFEK KEHAMILAN PADA PASANGAN
1. Pasangan merasakan perubahan tubuh pasangannya pada kehamilan 8 bulan - 3 bulan setelah melahirkan.
2. Laki-laki juga mengalami perubahan fisik dan psikososial selama pasangannya hamil.
3. Anak yang akan dilahirkan merupakan gabungan dari 3 perbedaan yang ada yaitu :
a. Hubungan ibu dengan pasangan.
b. Hubungan ibu dengan janin yang berkembang,
c. Hubungan ibu dengan individu yang unik.
4. Ibu tidak pernah lagi menjadi sendiri.
5. Tugas yang harus dilaksanakan seorang wanita atau pasangan dalam kehamilan :
a. Percaya bahwa ia hamil dan berhubungan dengan janin dalam satu tubuh.
b. Persiapan terhadap pemisahan secara fisik pada kelahiran janin.
c. Penyelesaian dan identifikasi kebingungan seiring dengan peran transisi untuk mempersiapkan fungsi keluarga.
3 Aspek yang diidentifikasi dalam peran ibu :
1. Gambaran tentang idaman.
2. Gambaran tentang diri.
Adalah
bagaimana wanita tersebut memandang dirinya sebagai bagian dari
pengalaman dirinya. Gambaran ini yang digunakan oleh wanita untuk
menggambarkan dirinya.
3. Gambaran tubuh
Berhubungan
dengan perubahan fisik yang terjadi selama kehamilan dan perubahan yang
spesifik yang terjadi selama kehamilan dan setelah melahirkan.
Rubin mefihat beberapa tahap I fase aktivitas penting sebelum seseorang menjadi ibu:
Ø Taking On
Wanita meniru dan melakukan peran ibu, fase ini dikenal sebagai tahap meniru
Ø Taking In
Pada
tahap ini fantasi wanita tidak hanya meniru tetapi sudah mulai
membayangkan peran yang dilakukanhya pada tahap sebelumnya :
introjection, projection dan rejection merupakan tahap dimana wanita
menirukan model-model yang ada sesuai dengan pendapatnya.
Ø Letting Go
Merupakan fase dimana wanita mengingat kembali. proses dan aktivitas yang sudah dilakukannya.
Pengalaman baik interpersonal maupun situasional yang berhubungan dengan masa lalu dirinya
sebelum proses yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan serta
harapan untuk masa yang akan datang. Pada tahap ini wanita akan
meninggalkan perannya pada masa yang lalu.
F. TEORI JEAN BALL
"Teori kursi goyang keseimbangan emosional ibu"
Tujuan asuhan maternitas : agar ibu seorang melaksanakan tugasnya sebagai ibu baik fisik maupun psikologis.
Psikologis
dalam hal ini tidak hanya pengaruh emosional tetapi juga proses
emosional agar tujuan akhir memenuhi kebutuhan untuk menjadi orang tua
terpenuhi. Kehamilan dan persaingan dan masa post partum adalah masa
untuk mengadopsi peran baru.
Teori ball:
- Teori perubahan
- Teori stress, coping dan support
- Teori dasar
Hypotesa ball :
Ø Respon
emosional wanita terhadap perubahan yang terjadi bersama dari dengan
kelahiran anak yang mempengaruhi personality seseorang dan dengan
dukungan peran yang berarti mereka mendapatkan sistem keluarga dan
sosial. Persiapan yang sudah diantisipasi oleh bidan dalam masa post
natal akan mempengaruhi respon emosional wanita terhadap perubahan yang
dialaminya pada proses kelahiran anak.
Dalam teori kursi gojiand, kurti yang dibentuk dalam tiga elemen:
1. Pelayanan identitas
2. Pandangan masyarakat terhadap kelurga.
3. Sisi penyanggah support terhadap kepribadian wanita.
Kesejahteraan
keibuan seorang wanita sangat tergantung terhadap efektifitas ketiga
elemen tersebut. Jika kursi goyang tidak bisa ditegakkan maka tidak
nyaman untuk diduduki
Teori jean ball dalam konsep :
Women : Ball memusatkan perhatiannya terhadap perkembangan emosional, sosial dan psikological serang wanita dalam proses melahirkan.
Healfh : Merupakan pusat dari model Ball. Tujuan dari post natal care agar wanita seorang menjadi seorang ibu.
Environment : Aingkungan
sosial dan organisasi dalam sistem dukungan. Asuhan post natal misalnya
membutuhkan dukungan sangat penting untuk mencapai kesejahteraan.
Midwifery : Penelitian asuhan post natal misalnya dikhawatirkan kurang efektif karena kurangnya pengetahuan tentang kebidanan.
Self : Secara
jelas kita dapat melihat bahwa peran bidan dalam memberikan dukungan
dan membantu seorang wanita untuk menjadi yakin dengan perannya sebagai
seorang ibu.
Factor-faktor yang mepengaruhi keseimbangan emosional:
Dari
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa wanita yang boleh dikatakan
sejahtera setelah melahirkah sangat tergantung pada personality
kepribadiannya, sistem dukungan pribadi dan dukungan yang dipersiapkan
pelayanan maternitas.
G. TEORI ELA JOY LENRMAN
Dalam
teori ini lehrman menginginkan agar bidan dapat melihat semua aspek
praktik memberikan asuhan pada wanita hamil dan memberikan pertolongan
pada persalinan. Macintyre (1980). Menurut lehrman menyelelidiki bahwa
pelayanan antenatal menunjukkan perbedaan antara prosedur administrasi
yang dibebankan dengan manfaat antenataf dan jenis pelayanan yang
dialami seorang wanita di klinik kebidanan karena berhubungan antara
identifikasi factor resiko dan keefektifan dari ahtonatal care terhadap
hasil yahg diinginkan belum terpenuhi.
Lehrman
dan koleganya ingin menjelaskan perbedaan antara pengalaman seorang
wanita dengan keseorangan bidan untuk mengaplikasikan konsep kebidanan
dalam praktek.
Lehrman mengemukakan 8 konsep yang penting dalam pelayanan antenatal :
- Asuhan yang berkesinambungan.
- Keluarga sebagai pusat asuhan.
- Pendidikan dan konseling merupakan bagian dari asuhan.
- Tidak ada intenensi dalam asuhan.
- Fleksibilitas dalam asuhan.
- Keterlibatan dalam asuhan.
- Advokasi dari klien.
- Waktu.
Asuhan partisipastive
Bidan
dapat melibatkan klien dalam pengkajian, evaluasi dan perencanaan.
Pasien / klien ikut bertanggung jawab ata ambil dalam pelayanan
antenetal. Dalam pemeriksaaan fisik, misalnya palipasi klien akan
melakukan pada tempat tertentu atau ikut mendengarkan denyut jantung.
Kedelapan komponen yang dibuat Leherman ini kemudian diuji cobakan oleh Morten (1991) pada pasien post partium.
Dari hasil penerapan tersebut morten menambahkan 3 komponen lagi ke dalam 8 komponen yang telah dibuat oleh leherman, yaitu :
1. Tehnik therapeutic.
- Pemberdayaan
- Hubungann sesama
Therapeutic
Proses komunikasi sangat bermanfaat dalam proses perkembangan dan penyembuhan, misalnya :
Ø Mendengar aktif
Ø Mengkaji
Ø Klarifikasi
Ø Humor
Ø Sikap yang tidak menuduh
Ø Pengakuan
Ø Fasilitasi
Ø Pemberi ijin
Empowerment (pembberdayaan)
Suatu
dalam memberi kekuasaan dan kekuataan. Bidan melalui penampilan dan
pendekatannya akan meningkatkan keseorangan pasien dalam mengoreksi,
memvalidasi dan memberi dukungan.
Lateral Relationship
Menjalin
hubungan yang baik terhadap klien, bersikap terbuka, sejalan dngan
klien sehingga antara bidan dan klienya nampak akrab. Misalnya sikap
empati atau berbagi pengalaman.
H. TEORI OREM
Orem menamakan teori self-care deficit sebagai teori umum dalam keperawatan. Ada 3 teori yang terkait di dalamnya yaitu:
- Self care theory
- Self care deficit theory
- Nursing system theory
Self Care adalah :
Ø Kontribusi yang terus menerus dari seorang dewasa terhadap kelanjutan eksistensi, kesehatan dan kesejahteraan.
Ø Individu
pribadi yang memprakarsai dan melaksanakan sendiri aktivitas yang
diperlukan untuk mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan.
Ø Individu yang peribadi yang memperkrasai dan melaksanakan sendiri aktivitas yang diperlukan
Self
care model menekanakan bahwa setiap omg mempunyai kebutuhan untuk
merawat dirinya sendiri dan mereka mempunyai hak untuk memnuhi kebutuhan
itu sendiri, kecuafi bila tidak memungkinkan.
Orang
yang dapat memenuhi kebutuhan self care sendiri disebut sefl-care
agent. Orang dewasa yang normal dan sehat merupakan agent untuk dirinya
sendiri: Sedangkan untuk bayi, anak dan orang tidak sadar atau luka
berat, keluarga atau perawat merupakan dependent care agent.
Menurut orem kebutuhan self-care dibadi 3 kategori :
- Universal Self-Care
Bertaku untuk semua orang dikaitkan dengan fungsi dan proses kehidupan sering disebut sebagai kebutuhan dasar manusia" '
- Developmental Self-Care
Kebutuhan
ini timbul menurut tahap perkembangan individu dan lingkungan dimana
individu tersebut berada dan mempengaruhi perkembangan hidup sesearang
dihubungkan dengan perubahan hidup seseorang atau siklus kehidupan.
- Health Deviation Self-Care
Kebutuhan
ini dibutuhkan karena keseatan seseorang tergnggu, misalnya keadaan
sakit atau ketidakseorangan yang mengakibatkan perubahan dalam perilaku
self-care.
Bila
ada tuntutan merawat dirinya sendiri dan individu tersebut seorang
memenuhi tuntutan maka self-care ini memungkinkan, tetapi bila tuntutan
lebih besar dari keseorangan individu untuk memenuhinya maka akan terjadi ketidakseimbangan dan hal ini disebut self-care deficit.
Self-care deficit merupakan inti dari teori orem general theory of nursing sebab hal ini menggambarkan kapan keperawatan ini diperlukan. Self-care deficit
merupakan criteria untuk mengidentifikasi apakah seseorang memerlukan
bantuan asuhan keperawatan. Dengan demikian keperawatan diperlukan bila
terdapat ketidak seorangan atau keterbatasan seseorang dewasa atau
oaring tua (untuk anak) dalam memenuhi kebutuhan self-care yang
diperlukan secara terus menerus atau bila timbul kebutuhan untuk
menggunakan tehnik khusus I menerapkan pengetahuan ilmiah dalam
merencanakan 1 menentukan asuhan.
Tujuan untuk memenuhi kebutuhan self-care dapat dicapai dengan :
1. Menurunkan kebutuhan self-care ke tahap dimana pasien dapat memenuhinya.
2. Meningkatkan keseorangan pasien untuk memenuhi kebutuhan self-care.
3. Memperbolehkan keluarga l orang lain untuk memberikan dependent-care bila self-care tidak dimungkinkan.
4. Apabila hal tersebut di atas tidak dapat dilaksanakan maka perawat akan melaksanakannya.
untuk
memenuhi kebutuhan self-care pasien dapat dilakukan oleh perawat dan
atau oleh pasien sendiri melalui 3 macam sistem keperawatan dengan 5
metode bantuan.
3 sistem keperawatan:
1. Totally Compensatory Nursing System
Perawat mengambil alih tanggung jawab untuk melakukan semua aktivitas yang untuk I memenuhi kebutuhan self-care.
2. Partially Compensatory Nursing System
Perawat mengambil alih sebagian aktivitas untuk memenuhi kebutuhan self-care On aktivitas lain masih dapat dilakukan oleh pasien I keluarga.
3. Educative Supportive Nursing System
Pasien
berpotensi untuk memenuhi kebutuhan self-care. Aktivitas perawat hanya
memberi penyuluhan dan dukungan kepada pasien sehingga diharapkan ia
dapat memenuhi kebutuhan self-care untuk dirinya.
Untuk dapat melaksanakan bantuan kepada pasien ada 5 aspek yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. Menjalin hubungan yang baik dengan pasien, keluarga, kelompok sampai dapat melepaskan diri melaksanakan sendiri asuhan.
2. Menentukan bantuan yang bagaimana yang dibutuhkan pasien dalam memenuhi kebutuhannya.
3. Memberikan bantuan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan pasien.
4. Merencanakan bantuan langsung bersama pasien dan keluarga I orang lain yang akan melakukan asuhan.
5. Mengkoordinasikan
dan mengintegrasikan asuhan keperawatan dengan kegiatan pasien
sehari-had, petayanan kesehatan yang lain diperlukan l diterima dan
pelayanan sosial dan pendidikan yang diperlukan I diterima.
Dari
uraian di atas jelas bahwa untuk mencpai tujuan pemenuhan kebutuhan
seperti yang diuraikan oleh orem perlu pengetahuan tentang :
Ø Manusia
Ø Kebutuhan self-care
Ø Self-care deficit
Ø Penerapan 5 metode bantuan
Proses keperawatan berdasarkan self-care model. Definisi proses keperawatan menurut orem :
Ø Menentukan mengapa seseorang membutuhkah asuhan keperawatan.
Ø Menentukan sistem bantuan keperawatan.
Ø Merencanakan pelaksanaan bantuan keperawatan yang spesifik.
Ø Memberikan dan mengevaluasi pelaksanaan bantuan keperawatan.
Langkah-langkah
1. Pengkajian
Tujuan : menentukan kebutuhan self care individu, mengidentifikasi apakah ada atau tidaka ada self care deficit.
Perawat
bekerjasama dengan pasien I ketuarga dalam merencanakan strategi yang
akan mengurangi l menghilangkan deficit yang ada dengan:
Ø Mengurangi kebutuhan self care
Ø Meningkatkan
keseorangan pasien untuk memenuhi kebutuhan self care Memperbolehkan
keluarga I orang lain memberikan dependent care Memenuhi langsung
kebutuhan self-care
Ø Mengkoordinasikan
dan mengintegrasikan asuhan keperawatan dengan kegiatan pasien
sehari-hari, pelayanan kesehatan yang lain diperlukan 1 diterima dan
pelayanan sosial dan pendidkan yang diperlukan I diterima.
3 kategori kebutuhan self care dapat dipakai sebagai kerangka pengkajian :
a. Universal
Menggunakan
observasi, pengukuran dan wawancara untuk mengidentifikasi pola normal
kebutuhan pasien sehari-hari, mengidentifikasi dan menganalisa
ketidakseorangan melakukan self-care.
b. Developmental
Mengidentifikasi
perubahan gaya hidup pasien atau siklus kehidupan dan kebutuhan akan
pengembangan yang timbul dari perubahan tersebut.
c. Health Deviation
Pengaruh sakit atau penyakit terhadap atau observasi perilaku yang dapat mengarah pada penyakit.
2. Perencanaan
Setelah
mengidentifikasi self-care deficit maka data ini dapat dipakai sebagai
pemyataan masalah dalam rencana keperawatan. Kemudian perawat menentukan
sistem keperawatan yang diperlukan : totally compensatory, partially
compensatory atau educative I supportive serta tujuan yang telah
ditentukan oleh perawat-pasien, untuk menghilangkan self-care deficit.
3. ImpIementasi
Merupakan
tindakan yang mengandung 5 bantuan yaitu melakukan untuk, memberi
penyuluhan, membimbing, mendukung dan menciptakan lingkungan yang
menunjang tumbuh kembang.
4. Evaluasi
Evaluasi
dilakukan terus menerus dengan membandingkan perilaku yang diharapkan
dalam tujuan dengan hasil tindakan yang dilakukan.
I. TEORI ERNESTINE WIEDENBACH
Ernestine
wiedenbach sudah pernah bekerja dalam suatu proyek yang mempersiapkan
persalinan berdasarkan teori dr. Dick read. Wiedenbach mengembangkan
teorinya secara induktif berdasarkan pengalaman dan observasinya dalam
praktek.
Konsep yang luas menurut wiedenbach yang nyata ditemukan dalam keperawatan yaitu:
1. The agent : perawat, bidan atau orang lain
2. The recipient : wanita, keluarga, masyarakat
3. The goal : metode untuk mencapai bantuan
5. The framework : organisasi sosial, lingkungan professional.
The agent : the midwife
Filosofi
wiedenbach tentang asuhan kebidanan dan tindakan kebidanan dapat
dilihat dalam uraiannya yang jelas pada perawatan maternitas dimana
kebutuhan ibu dan bayi yang _ segera untuk mengembangkan kebutuhan yang
lebih luas yaitu kebutuhan ibu dan ayah -dalam persiapan menjadi orang tua.
The goal : purpose
Disadari
bahwa kebutuhan masing-masing individu perlu diketahui sebetum
menentukan goal. Bila sudah diketahui kebutuhan ini, maka dapat
diperkirakan goal yang akan dicapai dengan mempertimbangkan tingkah laku
fisik, emosianal aiau fisiological yang berbeda dari kebutuhan normal.
The recipient :
Wanita
/ masyarakat yang oleh sebab tertentu tidak seorang memenuhi
kebutuhannya wiedenbach sendiri berpandangan bahwa recipient adalah
individu yang berkompeten dan seorang menentukan kebutuhannya akan
bantuan.
The means:
Untuk mencapai tujuan dan asuhan kebidanan, wiedenbach menentukan beberapa tahap yaitu :
- Identifikasi kebutuhan klien
2. Ministration : Memberikan dukungan dalam mencari pertolongan yang dibutuhkan
3. Validation : Bantuan yang diberikan sungguh merupakan bantuan yang dibutuhkan
4. Coordination : Dengan ketenagaan yang direncanakan untuk memberikan bantuan.
Untuk mengidentifikasi kebutuhan ini diperlukan:
Ø Pengetahuan
Ø Judgement
Ø Ketrampilan
J. MODEL KONSEPTUAL ASUNAN KEBIDANAN
1. Paradigma Sehat
Strategi pembangunan nasional berwawasan kesehatan Sebagai strategi nasional menuju Indonesia Sehat 2010 4 Paradigma sehat
a. Dasar Pembangunan Kesehatan
1) Landasan idiil : Pancasila
2) Landasan konstitusional : UUD 1945
3) UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan
4) WHO 1948 : diperolehnya derdjad
kesehatan yang tingginya adalah hak yang fundamental bagi setiap orang
tanpa membedakan ras, agama, politik, tingkat sosial ekonomi.
5) Dasar pembangunan kesehatan
a) Dasar perikemanusiaan
b) Dasar adil dan merata
c) Dasar pemberdayaan dan kemandirian d) Dasar pengutamaan dan manfaat
b. Visi ® Indonesia Sehat 2010
Indikator Indonesia sehat 2010 adalah: sebagian atau seluruh masyarakat Indonesia :
1. Mendapatkan petayanan kesehatan
2. Mempunyai lingkungan yang sehat
3. Bergizi baik
4. Berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
5. Status kesehatan I derajad kesehatan masyarakat optimal.
c. Misi
1) Menggerakkan pembangunan nasional berwawawan kesehatan.
2) Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.
3) Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau.
4) Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserfa lingkungannya.
d. Strategi Untuk Mencapai Visi Dan Misi
1) Paradigma sehat ® pembangunan berwawasan kesehatan.
a. Berorientasi pada peningkatan perlindungan pendidikan kesehatan.
b. Pembangunan kesehatan ditekankan pada upaya preventif dan prornotif disamping upaya kuratif dan rehabilitatif.
2) Profesionalisme ® Dilaksanakan melalui penerapan kemajuan ilmu :
a) Pemantapan managemen SDM
b) Pemantapan ilmu pengetahuan dan teknologi, iman dan taqwa, etika.
c) Penajaman konsep profesi kedokteran dan kesehatan.
d) Penciptaan aliansi strategis dengan pihak lain --> dokter, bidan, obat, dll.
3) JPKM (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat)
Cara
penyelenggaraan kesehatan yang peripurna berdasarkan usaha bersama dan
kekeluargaan serta berkesenambungan dengan mutu tedamin dan pembiayaan
secara pra upaya.
Tujuan : Mewujudkan derajad kesehatan yang optimal melalui pemeliharaan kesehatan paripuma.
Tiga Pelaku Program JPKM
4) Desentralisasi Dan Otonomi
a) Otonomi daerah dengan prinsip demokratisasi.
b) Otonomi luas.
c) Otonomi luas pada kabupaten dan kota.
d) Tetap menjamin keserasian pusat dan daerah.
e) Harus lebih meningkatkan kemandirian daerah otonomi.
f) Lebih meningkatkan peran dan fungsi DPRD.
Dasar : UU
tentang pembangunan daerah No. 22 UU No. 25 tahun 1999 fentang
perimbangan keuangan pusat dan daerah. Pendelegasian wewenang yang lebih
besar pada pemerintah daerah untuk mengatur sistem pemerintahan dan
rumah tangganya sendiri.
e. Pendekatan untuk mencapai Indonesia sehat 2010 :
1) PKMD (Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa) dan PSM (Peran Serta Masyarakat).
2) Mutu pelayanah. kesehatan dan kerjasama lintas program dan lintas sektoral.
3) Keterkaitan semua unsure kesehatan.
4) Kesehatan keluarga.
5) Epidemiologi.
6) Utamakan resiko tinggi.
f. Tujuan pembangurlan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010
"Menindkatkan
kesadaran, kemauan dan keseorangan hidup sehat bagi setiap orang agar
tetwujud detajad kesehatan yang optimal melalui terciptanya masyarakat,
bangsa dan negara Indonesia yang diteindai oleh:"
Ø Penduduknya tiidup dalam lingkungan dan dengan perilaku yang sehat.
Ø Memiliki keseorangan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata.
g. Sasaran pembangunan kesehatan menuju indonesia sehat 2010:
1) Perilaku hidup sehat.
2) Lingkungan sehat
3) Upaya kesehatan.
4) Managemen pembangunan kesehatan.
5) Derajad kesehatan.
2. HEALTH FOR ALL
q Diperkenalkan oleh WHO di Alma Atta tahun 1978.
q Focus : wanita, keluarga, komunitas.
q Memberi kesempatan untuk berkomunikasi antar bidan.
q Pengaruh tersembunyi 4 kebijakan pemerintah adalah nyata 4 konsekuensi yang penting bagi praktek kebidanan.
q Mendukung definisi WHO tentang sehat.
3. REFORMASI KESEHATAN
Ada 5 fenomena yang mempunyai pengaruh kesehatan terhadap pembangunan kesehatan :
a. Perubahan-perubahan mendasar pada dinamika kependudukan yang mendorong lahimya transisi demografis dan epidemiologis.
b. Temuan-temuan
substansial dalam ilmu dan teknologi kedokteran yang membuka cakrawala
baru dalam memandang proses hidup sehat, sakit dan mati.
c. Tantangan
global sebagai akibat kebijaksanaan perdagangan bebas, revolusi dalam
bidang informasi, telekomunikasi dan transportasi.
d. Perubaan lingkungan yang berpengaruh terhadap derajad kesehatan dan upaya kesehatan.
e. Demokratisasi di segala bidang yang menuntut pemberdayaan dan kemitraan dalam pembangunan kesehatan.
Paradigma pembangunan k6sellatan yang lebih mengutamakan pelayanan kesehatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif ® PARADIGMA SEHAT
q Merupakan upaya untuk lebih meningkatkan kesehatan bangsa yang bersifat pro aktif.
q Mendorong
masyarakat untuk bersikap mandiri dalam menjaga kesehatan mereka
sendiri melalui kesadaran yang lebih tinggi pada pentingnya pelayanan
kesehatan yang bersifat promotif dan preventif.
Pokok-pokok program pembangunan kesehatan:
a. Perilaku, pemberdayaan dan kemandirian masyarakat.
b. Lingkungan sehat.
c. Upaya kesehatan.
d. POM (Pengawasan Obat dan Makanan) dan bahan berbahaya.
e. Pengembangan sumber daya kesehatan.
f. Pengembangan kebijakan dan managemen pembangunan kesehatan.
g. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan.
- PROGRAM KESEHATAN UNGGULAN
a. Kebijakan kesehatan, pembiayaan kesehatan dan hokum kesehatan.
b. Perbaikan gizi.
c. Pencegahan penyakit menular termasuk imunisasi.
d. Peningkatan perilaku hidup sehat dan kesehatan mental.
e. Lingkungan pemukiman, air dan udara sehat.
f. Kesehatan keluarga, kesehatan reproduksi dan KB.
g. Keselamatan dan kesehatan kerja.
h. Anti ternbakau, alcohol dan madat.
i. POM dan bahan berbahaya.
j. Pencegahan, rudapaksa dan kecelakaan termasuk keselamatan lalu liritas.
- INDIKATOR
a. Indicator kebijakan kesehatan:
q Komitmen politik mengenai kesehatan untuk semua.
q Alokasi sumber daya.
q Tingkat pemerataan pembagidn sumber daya.
q Ketetlibatan masyarakat dalam mencapai kesehatan untuk semua.
q Kerangka orgariisasi dan pros es manAgerial.
b. Indicator sosial ekoiiomi dan lingkungan yang berkaitan dengan kesehatan.
q Tingkat pertumbuhan peduduk
q Penyebaran pendapatan.
q Kondisi kerja.
q Angka melek huruf orang dewasa.
q Perumahan dan pemukiman.
q Tersedianya pangan.
c. Indicator pengadaan pelayanan kesehatan:
q Cakupan untuk pelayanan kesehatan dasar."
q Cakupan sistem rujukan.
d. Indicator status kesehatan:
q Status gizi dan perkembangan psikososial anak-anak.
q AKB (Angka Kematian Bayi).
q AKA (Angka Kematian Anak).
q UHH (Umur Harapan Hidup).
q AKI (Angka Kematian Ibu).
- KEBIJAKAN
a. Peningkatan perilaku,pemberdayaan dan kemandirian masyarakat.
q Perilaku hidup sehat masyarakat sejak usia dini.
q Peran swasta.
q Peran organisasi profesi.
b. Peningkatan kesehatan lingkungan
c. Peningkatan upaya kesehatan
q Prioritas untuk mengatasi dampak krisis.
q Diringkatkan
melalui pencegahan dan penurunan moralitas, mortalitas dan kecacatan
dalam masyarakat terutama bayi, anak, balita, ibu hamil, melahirkan dan
nifas.
q Dilakukanhya dengan menggalang kemitraan sekitar swasta dan potensi mastarakat
q Pelayanan kesehatan dasar yang diselenggarakan melalui puskesma§, pustu, biddn dbsa.
q Kesehatan
primer dilukiskan sebagai kendaraan untuk kesehatan, suatu parid6tigart
yang kontras sebagai model medical yang betl'okus pdda ketentuan
spesialistik, pelayanan berbasis di rumah sakit.
d. Peningkatan sumber daya kesehatan
Untuk menciptakan tenaga kesehatan yang ahli dan trampil sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan iman dan taqwa ® berpegang teguh pada pengabdian bangsa, negara dan etika profesi.
e. Peningkatan kebijakan dan managemen pembangunan kesehatan.
f. Peningkatan ilmu pengetahuan kesehatan.
- PHC (Primary Health Care)
Adalah
suatu pelayanan kesehatan yang esensial berdasarkan metode yang praktis
berdasarkan ilmu pengetahuan yang dapat diandalkan dan dapat diterima
oleh masyarakat dan secara teknis dapat diterima secara universal untuk
individu, keluarga dan masyarakat melalui partisipasi penuh dan dengan
biaya yang dapat dijangkau oleh masyarakat.
Konsep PHC (WHO 1998)
a. Keadilan ketentuan pelayanan kesehatan oleh pencakupan universal dari populasi dengan pemberian pelayanan berdasarkan kebutuhan.
b. Pelayanan
harus promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dan beragam
pelayanan kesehatan yang diberikan ini harus diberikan dengan cara yang
terintegrasi (pelayanan di bawah satu atap).
c. Pelayanan harus efektif dan dapat diterima secara cultural, terjangkau dan dapat ditangani.
d. Masyarakat
harus dilibatkan dalam pengembangan, ketentuan dan monitor dari
pelayanan. Jadi pengadaan pelayanan kesehatan merupakan tanggung jawab
seluruh masyarakat.
e. Kolaborasi secara inter sektoral.
- Tiga Pesanan Unicef (WHO) Yang Berhubungan. Dengan Kesehatan Ibu Dan Anak Dan Dapat Diterapkan Di Seluruh Dunia
a. Kesehatan
baik untuk ibu maupun bayi dapat diringkatkan secara nyata dengan
menjarangkan kehamilan paling sedikit berjarak 2 tahun dengan
menghindari kehamilan kurang dari umur 18 tahun dan membatasi total
kehamilan 4 kali.
b. Mengurangi
bahaya persalinan, semua wanita hamil harus pergi ke petugas kesehatan
untuk memeriksakan antenatal dan semua persalinan harus ditolong oleh
orang yang terlatih.
c. Untuk beberapa bulan pertama kehidupan bayi, ASI adalah satu-satunya makanan / minuman yang terbaik.
No comments:
Post a Comment